CRRT merupakan salah satu jenis dari terapi penggantian fungsi ginjal atau Renal Replacement Therapy (RRT). Terapi ini bertujuan untuk menggantikan fungsi ginjal, yaitu membuang zat hasil metabolisme tubuh dan toksin dari dalam darah, meregulasi kadar elektrolit darah agar tidak mencapai level berbahaya, serta untuk menghindari kelebihan cairan tubuh.

Terapi Intermittent Hemodialysis (IHD) atau yang biasa disebut cuci darah merupakan salah satu jenis dari RRT. IHD umum nya dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik, dengan frekuensi 3-4 kali seminggu, dengan setiap sesi IHD berlangsung dalam 4 jam. Prosedur IHD memiliki laju kecepatan pencucian darah yang tinggi, sehingga berpotensi menyebabkan stres pada jantung dan pembuluh darah, maka sebelum memulai IHD pasien harus dalam kondisi yang stabil. Sedangkan CRRT dilakukan untuk pasien dengan gagal ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI). Hal ini karena CRRT memiliki beberapa keuntungan dibandingkan IHD, yaitu:

  • CRRT dilakukan dalam durasi 24 jam, sehingga regulasi elektrolit, hasil metabolisme tubuh dilakukan secara kontinu
  • Laju atau flow rate lebih lambat, sehingga dapat ditoleransi oleh pasien dengan kondisi kritis
  • Hemodinamik lebih stabil, mencegah perubahan jumlah cairan dan elektrolit yang terlalu cepat
  • CRRT mampu membuang molekul yang lebih besar dibanding prosedur IHD
  • Dapat disesuaikan dengan kondisi pasien kritis

AKI merupakan salah satu komplikasi yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien kritis di ICU, dengan angka mencapai 20-50%, seringkali pada pasien dengan infeksi berat yang disebut dengan sepsis. Dengan adanya komplikasi yaitu AKI, tingkat mortalitas pada pasien juga meningkat. Umum nya pasien dengan AKI akibat sepsis memiliki kondisi hemodinamik yang tidak stabil, sehingga tidak memungkinkan dilakukan IHD. Pilihan yang terbaik adalah dengan CRRT.

Pada pasien dengan sepsis, jumlah mediator inflamasi dalam tubuh sangat meningkat. Pada kondisi ini, CRRT membantu pasien membuang mediator inflamasi dengan berat molekul besar seperti sitokin, interleukin, dan TNF. Diharapkan dengan berkurang nya mediator inflamasi dapat mencegah terjadi nya kerusakan pada organ lain. Selain itu, durasi CRRT bergantung dari respon pasien, dan dihentikan ketika fungsi ginjal sudah membaik dan kondisi hemodinamik pasien sudah stabil dan mampu mentoleransi IHD.

CRRT dilakukan oleh tenaga yang ahli dengan supervisi dari Dokter Spesialis untuk menjamin keamanan pada pasien. CRRT diharapkan mampu menolong banyak pasien-pasien kritis yang dirawat di ICU. dr. Eko Budi Prasetyo, Sp.An-KIC